CINTA TERHADAP ORANG TUA
2.1 Pengertian
Cinta
merupakan anugerah Allh SWT yang ada pada diri manusia sejak ia lahir,
sebagaimana firman Allah SWT di dalam QS At Taubah ayat 24:
“Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, sanak keluarga, harta yang telah kamu usahakan, perniagaan yang kamu takuti kerugiannya dan tempat-tempat tinggal yang kamu sukai, itu semua lebih kamu cintai daripada Allah, Rasul-Nya serta melaksanakan jihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan urusan-Nya (azab-Nya). Dan Allah sekali-kali tidak akan menunjuki orang-orang yang fasik.” (QS At-Taubah ayat 24)
Dari ayat diatas merupakan manajemen
cinta menurut Islam dimana skala prioritasnya sangat jelas yaitu skala
yang pertama adalah cinta pada Allah (mahabbatullah), selanjutnya cinta
pada rasul (mahabbaturrasul), kemudian diikuti cinta pada jihad
(mahabbatujjihad), setelah itu barulah cinta akan keluarga, harta, dan
hal-hal yang bersifat materi dan duniawi.
Dari
penjelasan di atas berarti cinta terhadap orang tua merupakan cinta
setelah cinta kepada Allah dan Rasulullah sehingga pengertian cinta
terhadap orang tua itu sendiri bagaiman kita sebagai soerang anak
bersikap baik dan mematuhi perintahnya dan tidak durhaka kepadanya.
2.2 Sikap Orang Tua Terhadap Anak
Anak
merupakan buah hasil dari kuatnya kasih dan sayang suami dan istri
dimana Allah SWT telah menumpahkan rahmat-Nya sehingga keuduanya di
titipkan seorang anak yang ikatan tersbut sangatlah kuat. Tuhan juga
telah memelihara dan menjamin kekuatan hubungan tersebut dan berkembang
sebagai upaya menjaga kelangsungan hidup manusia. Sebagaimana firman
Allah SWT dalam QS Ar-Rum ayat 21:
Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu Istri- istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepada- nya dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang.” (QS. Ar-Rum: 21)
Dalam
ayat di atas di jelaskan mukjizat dan bukti kekuasaan Allah SWT
menciptakan jodoh-jodoh kamu dari jenismu ( manusia ) bukan dari jenis
Malaikat dan Jin agar kamu dapat membentuk keluarga yang dilingkupi
dengan rasa ketenangan dan ketentraman jiwa, karena ketenangan itu tidak
akan tercipta tanpa adanya cinta asmara kedua belah pihak dan cinta
inipun tidak sempurna apabila tidak dibarengi rasa kasih sayang termasuk
harga-menghargai dan hormat-menghormati hak masing-masing.
Mengenai ikatan keluarga yang sakinah dimana keluarga harus dibina bersama orang
tua, anak dan dalam hati orang tua tersebut terdapat cinta terhadap
anak-anaknya yang tak pernah putus yang merupakan pemberian dari Allah
SWT.
Nabi Muhammad SAW pernah bertanya kepada para sahabat:
“Dapatkah kau bayangkan bahwa wanita ini kelak melemparkan anaknya ke dalam api”. Sahabat menjawab: tidak. dan Nabi bersabda lagi:”kasih sayang Tuhan kepada hamba-Nya lebih kuat daripada kasih sayang wanita kepada anaknya”(Hadist Syarif).
Selain hadist itu Allah SWT berfirman dalam QS Al.-Baqarah ayat 187 :
bahwa istri dan suami itu merupakan ”pakaian”, pakaianitu berfungsi melindungi badan dari rasa panas dan dingin.”(QS. Al-Baqarah : 187)
Untuk
itu suami dapat melindungi istri dan saling mendukung dalam beberbagai
hal serta transparan dalam perbuatan-perbuatan masing-masing. Dan tidak
saling menjatuhkan, terutama menjatuhkan nama baik masing-masing. Dari hadis dan firman Allah SWT dapat diambil kesimpulan bahwa apabila orang tua mampu mendidik anak-anaknya sesuai
dengan hadist Nabi dan Al-Qur’an maka anak tersebut jadi anak yang baik
karena orang tua adalah “panutan anak atau merupakan pendidik utama
selain dari guru di sekolah”.
Cinta
tersebut merupakan bentuk yang alami dan ada sejak lahir yang tidak
dapat dipadamkan oleh siapa pun sehingga dengan alasan inilah maka Allah
SWT memerintahkan agar orang tua menjaga anak-anaknya yang merupakan
titipan dari Allah SWT seperti hal nya hadist Rasulullah SAW : “Kullu mauluuddin yuuladu ‘alal fitrah”. Yang artinya : anak lahir kedunia ini adalah suci bersih,
Selain
hadist di atas kita dapat mengambil pelajaran dari kisah Rasulullah SAW
yang sangat penyayang terhadap anak-anak, baik terhadap keturunan
beliau sendiri ataupun anak orang lain. Abu Hurairah r.a. meriwayatkan :
bahwa suatu ketika Rasulullah SAW mencium Hasan bin Ali dan didekatnya ada Al-Aqra’ bin Hayis At-Tamimi sedang duduk. Ia kemudian berkata, “Aku memiliki sepuluh orang anak dan tidak pernah aku mencium seorang pun dari mereka.” Rasulullah SAW segera memandang kepadanya dan berkata, “Man laa yarham laa yurham, barangsiapa yang tidak mengasihi, maka ia tidak akan dikasihi.” (HR. Bukhari di Kitab Adab, hadits nomor 5538).
Bahkan
dalam shalat pun Rasulullah SAW tidak melarang anak-anak dekat dengan
beliau. Hal ini kita dapat dari cerita Abi Qatadah :
“Suatu ketika Rasulullah SAW mendatangi kami bersama Umamah binti Abil Ash –anak Zainab, putri Rasulullah SAW Beliau meletakkannya di atas bahunya. Beliau kemudian shalat dan ketika rukuk, Beliau meletakkannya dan saat bangkit dari sujud, Beliau mengangkat kembali.” (HR. Muslim dalam Kitab Masajid wa Mawadhi’ush Shalah, hadits nomor 840).
Abdullah bin Syaddad juga meriwayatkan dari ayahnya bahwa :
Ketika waktu datang shalat Isya, Rasulullah SAW datang sambil membawa Hasan dan Husain. Beliau kemudian maju (sebagai imam) dan meletakkan cucunya. Beliau kemudian takbir untuk shalat. Ketika sujud, Beliau pun memanjangkan sujudnya. Ayahku berkata, Saya kemudian mengangkat kepalaku dan melihat anak kecil itu berada di atas punggung Rasulullah saw. yang sedang bersujud. Saya kemudian sujud kembali, Setelah selesai shalat, orang-orang pun berkata, ‘Wahai Rasulullah, saat sedang sujud di antara dua sujudmu tadi, engkau melakukannya sangat lama, sehingga kami mengira telah terjadi sebuah peristiwa besar, atau telah turun wahyu kepadamu.’ Beliau kemudian berkata, ‘Semua yang engkau katakan itu tidak terjadi, tapi cucuku sedang bersenang- senang denganku, dan aku tidak suka menghentikannya sampai dia menyelesaikan keinginannya.” (HR. An-Nasai dalam Kitab At-Thathbiq, hadits nomor 1129).
Usamah bin Zaid ketika masih kecil punya kenangan manis dalam pangkuan Rasulullah SAW :
Rasulullah SAW pernah mengambil dan mendudukkanku di atas pahanya, dan meletakkan Hasan di atas pahanya yang lain, kemudian memeluk kami berdua, dan berkata, ‘Ya Allah, kasihanilah keduanya, karena sesungguhnya aku mengasihi keduanya.” (HR. Bukhari dalam Kitab Adab, hadits nomor 5544). Begitulah
Rasulullah SAW bersikap kepada anak-anaknya. Secara halus Beliau
mengajarkan kepada kita untuk memperhatikan anak-anaknya. Beliau juga
mencontohkan dalam praktiknya bagaimana kita harus bersikap kepada anak
dengan penuh cinta, kasih, dan kelemah lembutan.
2.2 Kejahatan orang tua terhadap anak.
Setiap
sikap yang berbeda dengan sikap yang telah ditunjukan atau yang
dicontohkan oleh Rasulullah SAW merupakan kejahatan orang tua terhadap
anak-anaknya.
Adapaun kejahatan orang tua terhadap anak-anaknya antara lain :
1. Memaki dan menghina anak
Bagaimana
orang tua dikatakan menghina anak-anaknya? Yaitu ketika seorang ayah
menilai kekurangan anaknya dan memaparkan setiap kebodohannya. Lebih
jahat lagi jika itu dilakukan di hadapan teman-teman si anak. Termasuk
dalam kategori ini adalah memberi nama kepada si anak dengan nama yang
buruk.
Seorang
lelaki penah mendatangi Umar bin Khattab seraya mengadukan kedurhakaan
anaknya. Umar kemudian memanggil putra orang tua itu dan menghardiknya
atas kedurhakaannya. Tidak lama kemudan anak itu berkata, “Wahai Amirul
Mukminin, bukankah sang anak memiliki hak atas orang tuanya?
Betul jawab umar.
Apakah hak sang anak?
Memilih seorang ibu yang baik untuknya, memberikan nama yang baik mengajarkan Al-Qur’an, jawab Umar
Kemudian anak itu berkata, wahai Amirul Mukminin sesunguhnya ayah ku tidak melakukan satu pun yang telah engkau sebutkan dan ibuku ibuku ia
adalah wanita berkulit hitam bekas hamba sahaya orang majusi, ia
memberi aku nama Ju’lan (kumbang), dan tidak mengajariku satu huruf pun
dari Al-Qur’an.
Umar segera memandang orang tua itu dan berkata kepadanya, Engkau datang untuk mengadukan kedurhakaan anakmu, padahal engkau telah durhaka kepadanya sebelum ia mendurhakaimu. Engkau telah berbuat buruk kepadanya sebelum ia berbuat buruk kepadamu.
Umar segera memandang orang tua itu dan berkata kepadanya, Engkau datang untuk mengadukan kedurhakaan anakmu, padahal engkau telah durhaka kepadanya sebelum ia mendurhakaimu. Engkau telah berbuat buruk kepadanya sebelum ia berbuat buruk kepadamu.
Rasulullah
SAW sangat menekankan agar kita memberi nama yang baik kepada anak-anak
kita. Abu Darda, meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya
kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kalian dan nama
ayah kalian, maka perbaikilah nama kalian.” (HR. Abu Dawud dalam Kitab
Adab, hadits nomor 4297).
Karena
itu Rasulullah SAW kerap mengganti nama seseorang yang bermakna jelek
dengan nama baru yang baik atau mengganti julukan-julukan yang buruk
kepada seseorang dengan julukan yang baik dan bermakna positif,
Misalnya, Harb (perang) menjadi Husain, Huznan (yang sedih) menjadi
Sahlun (mudah), Bani Maghwiyah (yang tergelincir) menjadi Bani Rusyd
(yang diberi petunjuk). Rasulullah SAW memanggil Aisyah dengan nama
kecil Aisy untuk memberi kesan lembut dan sayang.
Jadi,
adalah sebuah bentuk kejahatan bila kita memberi dan memanggil anak
kita dengan sebutan yang buruk lagi dan bermakna menghinakan dirinya.
2. Melebihkan seorang anak dari yang lain
Memberi
lebih kepada anak kesayangan dan mengabaikan anak yang lain adalah
bentuk kejahatan orang tua kepada anaknya. Sikap ini adalah salah satu
faktor pemicu putusnya hubungan silaturrahmi anak kepada orang tuanya
dan pangkal dari permusuhan antar saudara.
Nu’man
bin Basyir bercerita, “Ayahku menginfakkan sebagian hartanya untukku.
Ibuku–Amrah binti Rawahah-kemudian berkata, Saya tidak suka engkau
melakukan hal itu sehingga menemui Rasulullah SAW. Ayahku kemudian
berangkat menemui Rasulullah SAW, sebagai saksi atas sedekah yang
diberikan kepadaku. Rasulullah SAW, berkata kepadanya, ‘Apakah engkau
melakukan hal ini kepada seluruh anak-anakmu? Ia berkata, ‘Tidak’
Rasulullah SAW, berkata, ‘Bertakwalah kepada Allah dan berlaku adillah
kepada anak-anakmu. Ayahku kemudian kembali dan menarik lagi sedekah
itu.” (HR. Muslim dalam Kitab Al-Hibaat, hadits nomor 3055).
Dan
puncak kezaliman kepada anak adalah ketika orang tua tidak bisa
memunculkan rasa cinta dan sayangnya kepada anak perempuan yang kurang
cantik, kurang pandai, atau cacat salah satu anggota tubuhnya. Padahal,
tidak cantik dan cacat bukanlah kemauan si anak. Apalagi tidak pintar
pun itu bukanlah dosa dan kejahatan. Justru setiap keterbatasan anak
adalah pemacu bagi orang tua untuk lebih mencintainya dan membantunya.
Rasulullah SAW bersabda : “Rahimallahu waalidan a’aana waladahu ‘ala birrihi, semoga Allah mengasihi orang tua yang membantu anaknya di atas kebaikan.” (HR. Ibnu Hibban)
3. Mendoakan keburukan bagi si anak
Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Tsalatsatu da’awaatin mustajaabaatun: da’watu al-muzhluumi, da’watu al-musaafiri, da’watu waalidin ‘ala walidihi; Ada
tiga doa yang dikabulkan: doa orang yang teraniaya, doa musafir, dan
doa (keburukan) orang tua atas anaknya.”(HR. Tirmidzi dalam Kitab Birr
wash Shilah, hadits nomor 1828)
Apakah
alasan yang membuat seseorang begitu membenci anaknya, Begitu bencinya,
seorang ibu bisa sepanjang hari lidahnya tidak kering mendoakan agar
anaknya celaka, melaknat dan memaki anaknya. Sungguh, ibu itu adalah
wanita yang paling bodoh. Setiap doanya yang buruk, setiap ucapan laknat
yang meluncur dari lidahnya, dan setiap makian yang diucapkannya bisa
terkabul lalu menjadi bentuk hukuman bagi dirinya atas semua amal
lisannya yang tak terkendali.
Seseorang
pernah mengadukan putranya kepada Abdullah bin Mubarak. Abdullah
bertanya kepada orang itu, “Apakah engkau pernah berdoa (yang buruk)
atasnya.” Orang itu menjawab, “Ya.” Abdullah bin Mubarak berkata,
“Engkau telah merusaknya.”
Na’udzubillah!
Semoga kita tidak melakukan kesalahan seperti yang dilakukan orang itu.
Bayangkan, doa buruk bagi anak adalah bentuk kejahatan yang akan
menambah rusak si anak yang sebelumnya sudah durhaka kepada orang
tuanya.
4. Tidak memberi pendidikan kepada anak
Ada
syair Arab yang berbunyi, “Anak yatim itu bukanlah anak yang telah
ditinggal orang tuanya dan meninggalkan anak-anaknya dalam keadaan hina.
Sesungguhnya anak yatim itu adalah yang tidak dapat dekat dengan ibunya
yang selalu menghindar darinya, atau ayah yang selalu sibuk dan tidak
ada waktu bagi anaknya.”
Bentuk
perhatian yang tertinggi orang tua kepada anaknya adalah memberikan
pendidikan yang baik. Tidak memberikan pendidikan yang baik dan maksimal
adalah bentuk kejahatan orang tua terhadap anak. Dan segala kejahatan
pasti berbuah ancaman yang buruk bagi pelakunya.
Perintah untuk mendidik anak adalah bentuk realisasi iman. Perintah ini diberikan secara umum kepada kepala rumah tangga tanpa memperhatikan latar belakang pendidikan dan kelas sosial. Setiap ayah wajib memberikan pendidikan kepada anaknya tentang agamanya dan memberi keterampilan untuk bisa mandiri dalam menjalani hidupnya kelak. Jadi, berilah pendidikan yang bisa mengantarkan si anak hidup bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.
Perintah ini diberikan Allah SWT dalam bentuk umum :
“Hai orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)
Adalah
sebuah bentuk kejahatan terhadap anak jika ayah-ibu tenggelam dalam
kesibukan, sehingga lupa mengajarkan anaknya cara shalat. Meskipun
kesibukan itu adalah mencari rezeki yang digunakan untuk menafkahi
anak-anaknya. Jika ayah-ibu berlaku seperti ini, keduanya telah
melanggar perintah Allah di surat Thaha ayat 132. “Dan
perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu
dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang
memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang
yang bertakwa.”(QS. Thaha : 132)
Rasulullah SAW bersabda :
“Ajarilah anak-anakmu shalat saat mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka (bila tidak melaksanakan shalat) pada usaia sepuluh tahun.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab Shalah, hadits nomor 372).
Ketahuilah,
tidak ada pemberian yang baik dari orang tua kepada anaknya, selain
memberi pendidikan yang baik. Begitu hadits dari Ayyub bin Musa yang
berasal dari ayahnya dan ayahnya mendapat dari kakeknya bahwa Rasulullah
saw. bersabda :
“Maa nahala waalidun waladan min nahlin afdhala min adabin hasanin, tak ada yang lebih utama yang diberikan orang tua kepada anaknya melebihi adab yang baik.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab Birr wash Shilah, hadits nomor 1875. Tirmidzi berkata, “Ini hadits mursal.)
maka
tugas pertama kedua orang tua harus berusaha dengan berbagai macam cara
untuk mendidik, mengasuh langsung atau melalui pendidikan taman
pendidikan untuk menjaga kesucian agar tidak dikotori oleh pergaulan
yang tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist.
2.3 Sikap seorang anak terhadap orang tua
Selain
kita memperoleh hak atas orang tua kita, kita juga diperintahkan oleh
Allah SWT untuk berbakti kepada orang tua kita seperti hadist Rasulullah
SAW: “Aljannatu tahta aqdaamil ummahaat “ artinya “bahwa surga itu berada dibawah telapak kaki ibunya” Selain dari hadist tersebut Allah SWT juga berfirman dalam Qur’an Surah Lukman ayat 14
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapak, ibu yang telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah dan mnyampihna dalam dua tahun. Besyurkurlah kepada-KU dan kepada ke dua orang tua mu dan kepada-KU lah kamu kembali.”(QS. Lukman : 14)
Berbakti
kepada orang tua tidak lepas dari bagaimana kita berbuat baik dan tidak
durhaka kepadanya. Mungkin, sebagian orang merasa lebih ‘tertusuk’
hatinya bila disebut ‘anak durhaka’, ketimbang digelari ‘hamba durhaka’.
Bisa jadi, itu karena ‘kedurhakaan’ terhadap Allah, lebih bernuansa
abstrak, dan kebanyakannya, hanya diketahui oleh si pelaku dan Allah
saja. Lain halnya dengan kedurhakaan terhadap orang tua, yang jelas amat
kelihatan, gampang dideteksi, diperiksa dan ditelaah, sehingga lebih
mudah mengubah sosok pelakunya di tengah masyarakat, dari status sebagai
orang baik menjadi orang jahat.
Pola berpikir seperti itu, jelas tidak benar, karena Allah menegaskan dalam firman-Nya:
“Allah
telah menetapkan agar kalian tidak beribadah melainkan kepada-Nya; dan
hendaklah kalian berbakti kepada kedua orang tua.” (Al-Israa : 23)
Penghambaan
diri kepada Allah, jelas harus lebih diutamakan karena manusia
diciptakan memang hanya untuk tujuan itu. Namun, ketika Allah SWT
‘menggandengkan’ antara kewajiban menghamba kepada-Nya, dengan kewajiban
berbakti kepada orang tua, hal itu menunjukkan bahwa berbakti kepada
kedua orang tua memang memiliki tingkat kepentingan yang demikian
tinggi, dalam Islam. Kewajiban itu demikian ditekankan, sampai-sampai
Allah menggandengkannya dengan kewajiban menyempurnakan ibadah
kepada-Nya.
2.5 Bukti-bukti pentingnya berbakti kerpada orang tua
Berbakti kepada orang tua merupakan persoalan penting, adapun bukti-bukti pentinganya berbakti kepada orang tau antara lain:
1. Allah ‘menggandengkan’ antara perintah untuk beribadah kepada-Nya, dengan perintah berbuat baik kepada orang tua, sebagaimana dalam QS. Al-Israa ayat 23 :
“Allah telah menetapkan agar kalian tidak beribadah melainkan kepada-Nya dan hendaklah kalian berbakti kepada kedua orang tua.” (QS. Israa : 23)
2. Allah memerintahkan setiap muslim untuk berbuat baik kepada orang tuanya, meskipun mereka kafir, sebagaimana dalam QS. Luqmaan ayat 15 :
“Kalau
mereka berupaya mengajakmu berbuat kemusyrikan yang jelas-jelas tidak
ada pengetahuanmu tentang hal itu, jangan turuti; namun perlakukanlah
keduanya secara baik di dunia ini.” (QS. Lukman : 15)
adapun
penjelasan dari Imam Al-Qurthubi mengenai ayat di atas yaitu memelihara
hubungan baik dengan orang tua, meskipun dia kafir. Yakni
dengan memberikan apa yang mereka butuhkan. Bila mereka tidak
membutuhkan harta, bisa dengan cara mengajak mereka masuk Islam.
3. Berbakti kepada kedua orang tua adalah jihad.
Sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Abdullah bin Amru bin Ash bahwa ada
seorang lelaki meminta ijin berjihad kepada Rasulullah SAW. Beliau
bertanya, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” Lelaki itu menjawab,
“Masih.” Beliau bersabda, “Kalau begitu, berjihadlah dengan berbuat baik
terhadap keduanya.” (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)
4. Taat kepada orang tua adalah salah satu penyebab masuk Surga.
Sabda
Rasulullah SAW, “Sungguh kasihan, sungguh kasihan, sungguh kasihan.”
Salah seorang Sahabat bertanya, “Siapa yang kasihan, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Orang yang sempat berjumpa dengan orang tuanya,
kedua-duanya, atau salah seorang di antara keduanya, saat umur mereka
sudah menua, namun tidak bisa membuatnya masuk Surga.” (Riwayat Muslim)
Selain
yang Rasullah SAW juga bersabada: “Orang tua adalah ‘pintu pertengahan’
menuju Surga. Bila engkau mau, silakan engkau pelihara. Bila tidak mau,
silakan untuk tidak memperdulikannya.” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi,
dan beliau berkomentar,(Hadits shahih dan Riwayat ini juga dinyatakan shahih oleh Al-Albani.) Maksud dari pintu pertengan itu sendiri adalah pintu yang terbaik.
5. Keridhaan Allah, berada di balik keridhaan orang tua.
Keridhaan Allah bergantung pada keridhaan kedua orang tua. Kemurkaan Allah, bergantung pada kemurkaan kedua orang tua.
6. Berbakti kepada kedua orang tua membantu meraih pengampunan dosa.
Dalam
sebuah riwayat : Ada seorang lelaki datang menemui Rasulullah SAW
sambil mengadu, “Wahai Rasulullah SAW, Aku telah melakukan sebuah
perbuatan dosa.” Beliau bertanya, “Engkau masih mempunyai seorang ibu?”
Lelaki itu menjawab, “Tidak.” “Bibi?” Tanya Rasulullah lagi. “Masih.”
Jawabnya. Rasulullah SAW bersabda, “Kalau begitu, berbuat baiklah
kepadanya.
Dari
riwayat diatas menunjukan bahwa berbuat baik kepada kedua orang tua,
terutama kepada ibu, dapat membantu proses taubat dan pengampunan dosa.
Karena bakti kepada orang tua adalah amal ibadah yang paling utama.
7. Berbakti kepada orang tua, membantu menolak musibah.
Bebakti kepada orang tua dapat membantu meonlak musibah sebagaimana ada sebuah kisah yang dapat dipahami ‘tiga
orang’ yang terkurung dalam sebuah gua. Masing-masing berdoa kepada
Allah dengan menyebutkan satu amalan yang dianggapnya terbaik dalam
hidupnya, agar menjadi wasilah (sarana) terkabulnya doa. Salah seorang
di antara mereka bertiga, mengisahkan tentang salah satu perbuatan
baiknya terhadap kedua orang tuanya, yang akhirnya, menyebabkan pintu
gua terkuak, batu yang menutupi pintunya bergeser, sehingga mereka bisa
keluar dari gua tersebut. (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim.
8. Berbakti kepada orang tua, dapat memperluas rezki.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa
yang ingin rezkinya diperluas, dan agar usianya diperpanjang (dipenuhi
berkah), hendaknya ia menjaga tali silaturahim.” (Al-Bukhari dan Muslim)
Berbakti
kepada kedua orang tua adalah bentuk perbuatan silaturahim yang paling
baik yang bisa dilakukan seorang muslim, karena keduanya adalah orang
terdekat dengan kehidupannya.
9. Doa orang tua selalu lebih mustajab.
Seperti
sebuah Hadist Al-Bukhari dan Muslim diterangkan sebagaimana sabda
Rasulullah SAW, Ada tiga bentuk doa yang amat mustajab, tidak diragukan
lagi: Doa orang tua untuk anaknya, doa seorang musafir dan orang yang
yang terzhalimi.
10. Harta anak adalah milik orang tuanya.
Ada
seorang anak mengadu kepada Rasulullah SAW, Wahai Rasulullah! Ayahku
telah merampas hartaku.” Rasulullah bersabda, Engkau dan juga hartamu,
kesemuanya adalah milik ayahmu.
11. Jasa orang tua, tidak mungkin terbalas.
Rasulullah
SAW bersabda: Seorang anak tidak akan bisa membalas budi baik ayahnya,
kecuali bila ia mendapatkan ayahnya sebagai budak, lalu dia merdekakan. (Dikeluarkan oleh Muslim).
12. Durhaka kepada orang tua, termasuk dosa besar yang terbesar.
Dari
Abu Bakrah diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Maukah kalian
kuberitahukan dosa besar yang terbesar?” Para Sahabat menjawab, “Tentu
mau, wahai Rasulullah r.” Beliau bersabda, “Berbuat syirik kepada Allah,
dan durhaka terhadap orang tua.” Kemudian, sambil bersandar, beliau
bersabda lagi, “..ucapan dusta, persaksian palsu..” Beliau terus
meneruskan mengulang sabdanya itu, sampai kami (para Sahabat) berharap
beliau segera terdiam. (Al-Bukhari dan Muslim)
13. Orang yang durhaka terhadap orang tua, akan mendapatkan balasan ‘cepat’ di dunia, selain ancaman siksa di akhirat.
Rasulullah SAW bersabda, “Ada
dua bentuk perbuatan dosa yang pasti mendapatkan hukuman awal di dunia:
Memberontak terhadap pemerintahan Islam yang sah, dan durhaka terhadab
orang tua
Dari
ke 13(tiga belas) bukti pentingnya berbakti kepada orang tua sedemikian
pentingnya hingga riwayat diatas menjelaskan tentang adab, prilaku dan
sikap seorang anak terhadap orang tuanya.
Sebagai
seorang anak kita harus berbuat baik dan juga melimpahkan kasih sayang
kita kepada mereka sebagaimana yang telah di tuliskan di dalan
QS.AL-Ahqaaf ayat 15, QS.An Nisa ayat 36 dan QS.Israa ayat 23 :
“Telah kami pesankan seorang manusia untuk senantiasa berbuat baik kepada kedua orang tuanya.” (Al-Ahqaaf : 15)
“Beribadahlah kepada Allah, jangan menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua.” (An-Nisaa : 36)
……….dan hendaklah kalian berbuat baik kepada kedua orang tua. (Al-Israa : 23)
2.6 Cara memperlakukan orang tua.
Orang tua adalah manusia yang paling berhak mendapatkan dan merasakan budi baik anak-anaknya, dan lebih pantas diperlakukan secara baik oleh si anak, ketimbang orang lain.
Adapun cara seorang anak dalam meperlakukan orang tuanya dengan baik :
1. Bersikaplah
secara baik, pergauli mereka dengan cara yang baik pula, yakni dalam
berkata-kata, berbuat, memberi sesuatu, meminta sesuatu atau melarang
orang tua melakukan suatu hal tertentu.
2. Jangan mengungkapkan kekecewaan atau kekesalan, meski hanya sekadar dengan ucapan ‘uh’. Sebaliknya, bersikaplah rendah hati, dan jangan angkuh.
3. Jangan
bersuara lebih keras dari suara mereka, jangan memutus pembicaraan
mereka, jangan berhohong saat beraduargumentasi dengan mereka, jangan
pula mengejutkan mereka saat sedang tidur, selain itu, jangan
sekali-kali meremehkan mereka.
4. Berterima
kasih atau bersyukurlah kepada keduanya, utamakan keridhaan keduanya,
dibandingkan keridhaan kita diri sendiri, keridhaan istri atau anak-anak
kita.
5. Lakukanlah
perbuatan baik terhadap mereka, dahulukan kepentingan mereka dan
berusahalah ‘memaksa diri’ untuk mencari keridhaan mereka.
6. Rawatlah
mereka bila sudah tua, bersikaplah lemahlembut dan berupayalah membuat
mereka berbahagia, menjaga mereka dari hal-hal yang buruk, serta
menyuguhkan hal-hal yang mereka sukai.
7. Berikanlah nafkah kepada mereka bila memang dibutuhkan. Allah berfirman: Dan apabila kalian menafkahkan harta, yang paling berhak menerimanya adalah orang tua, lalu karib kerabat yang terdekat.” (Al-Baqarah : 215)
8. Mintalah
ijin kepada keduanya bila hendak bepergian termasuk untuk melaksanakan
haji, kalau bukan haji wajib, demikian juga untuk berjihad, bila
hukumnya fardhu kifayah.
9. Mendoakan mereka, seperti disebutkan dalam Al-Qur’an,
“Dan ucapanlah, “Ya Rabbi, berikanlah kasih sayang kepada mereka berdua, sebagaimana menyayangiku di masa kecil.” (Al-Isra : 24)
Dari semua hal di atas bagaimana kita berupaya berbuat baik kepada orang tua karena hak-hak
orang tua lebih besar dari hak kita selaku seorang anak bahkan kita
tidak mampu membalas kebaikan mereka sebagai orang tua kita, karena
berbakti kepada orang tua lebih merupakan perjanjian antara sikap kita
dengan keyakinan kita. Kita mengetahuai bahwa
mentaati perintah orang tua adalah wajib selama bukan untuk maksiat.
Oleh sebab itu, Allah SWT menyebut kewajiban bakti itu sebagai
‘ketetapan’, bukan sekadar ‘perintah’. “Allah telah menetapkan agar kalian tidak beribadah melainkan kepada-Nya; dan hendaklah kalian berbakti kepada kedua orang tua.” (Al-Israa : 23)
Mendurhakai
orang tua adalah dosa besar dan durhaka terhadap ibu adalah dosa yang
jauh lebih besar lagi sebagai mana sabda Rasulullah SAW :
Rasulullah SAW menyebutkan keharusan berbuat baik kepada ibu sebanyak tiga kali, baru pada kali yang keempat untuk sang ayah, karena kebanyakan sikap durhaka dilakukan seorang anak justru terhadap ibunya.
Rasulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya Allah mengharamkan sikap durhaka terhadap ibu dan melarang mengabaikan orang yang hendak berhutang. Allah juga melarang menyebar kabar burung terlalu banyak bertanya dan membuang-buang harta.
Dari
hadist di atas kenapa kita diperintahkan untuk berbuat baik sebanyk 3
kali terhadap ibu dan 1 kali kepada ayah Sebab, ibu adalah wanita yang
lemah dan bagaimana sang ibu negandung kita selam 9 bulan dengan bigitu
banyak rintangan, susah payah tetapi beliau tetap sabar mengadapinya.
Sehingga berbuat baik kepada ibu lebih didahulukan daripada
berbuat baik kepada seorang ayah, baik itu melalui tutur kata yang
lembut, atau limpahan cinta kasih yang mendalam.
Kapan seorang anak dikatakan disebut durhka kepada orang tuanya?seorang anak dikatakn durhaka apabila :
1. Imam Ash-Shan’aani menjelaskan, “Imam Al-Bulqaini menerangkan bahwa arti kata durhaka yaitu: apabila
seseorang melakukan sesuatu yang tidak remeh menurut kebiasaan, yang
menyakiti orang tuanya atau salah satu dari keduanya.
2. Ibnu
Hajar Al-Haitsami menjelaskan, “Kalau seseorang melakukan perbuatan
yang kurang adab dalam pandangan umum, yang menyinggung orang tuanya,
maka ia telah melakukan dosa besar, meskipun bila dilakukan terhadap
selain orang tua, tidaklah dosa.
3. Ibnu
Hajar Al-Asqalani menjelaskan, “Arti durhaka kepada orang tua yaitu
melakukan perbuatan yang menyebabkan orang tua terganggu atau terusik,
baik dalam bentuk ucapan ataupun amalan.
4. Imam Al-Ghazali menjelaskan, “Kebanyakan ulama berpendapat bahwa taat kepada orang tua wajib, termasuk dalam hal-hal yang masih syubhat, namun
tidak boleh dilakukan dalam hal-hal haram. Bahkan, seandainya keduanya
merasa tidak nyaman bila makan sendirian, kita harus makan bersama
mereka. Kenapa demikian? Karena menghindari syubhat termasuk perbuatan wara’ yang
bersifat keutamaan, sementara mentaati kedua orang tua adalah wajib.
Seorang anak juga haram bepergian untuk tujuan mubah ataupun sunnah,
kecuali dengan ijin kedua orang tua. Melakukan haji secepat-cepatnya
bahkan menjadi sunnah, bila orang tua tidak menghendaki. Karena
melaksanakan haji bisa ditunda, dan perintah orang tua tidak bisa
ditunda. Pergi untuk menuntut ilmu juga hanya menjadi anjuran,
bila orang tua membutuhkan kita, kecuali, untuk mempelajari hal-hal
yang wajib, seperti shalat dan puasa, sementara di daerah kita tidak ada
orang yang mampu mengajarkannya.
Dari
penjelasan diatas kita dapat menyadari betapa besar dosa kita apabila
kita durhaka terhadap orang tua. Dan berusahalah untuk mendahulukan dan
memperhatikan dari segala apa yang kita sukai sebagaimana firman Allah
SWT dalam QS. Al-Isra ayat 24 :
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, “Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Al-Israa : 24).
2.7 Sikap Anak Saat Orang Tua Telah Berusia Senja dan telah Wafat :
Selain
kita dilarang berbuat durhaka kepada orang tua kita juga di perintahkan
untuk memperlakukan orang tua kita ketika meraka telah berusia senja
dan saat meraka telah wafat dan bagaimana kita meperlakukan meraka :
1. Ketika orang tua telah berusia senja.
Ketika
orang tua kita sudah berusia senja di saat seperti itulah bakti kita
kepada orang tua suatu hal yang sangat dibutuhkan dan saat itu juga kita
akan diuji Allah SWT seberapa besar bakti kita terhadap orang tua kita,
firman Allah SWT dalam QS.Al-Isra ayat 23-24 Allah berfiriman :
“
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur
lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu
terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah:”Wahai
Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil”. (Al-Isra : 23-24)
Saat
usia meraka sudah tua, kepekaan merka bertambah sehingga lebih mudah
tersinggung bahkan mudah marah jadi tugas kita bagaimana kita menjaga
perkataan kita agar tidak membuat meraka tersinggung.
2. Saat orang tua telah wafat
Ada
beberapa wujud manefestasi cinta kasih kepada orang tua yang kita
lakukan saat meraka telah wafat dimana semuanya merupakan implemntasi
cinta kasih kita terhadap orang tua antar lain :
a. Melaksanakan perjanjian dan pesan orang tua.
Bukankah
sebelum orang tua kita wafat meraka selalau berpesan kepada kita dan
kita selaku seorang anak hendaknya melaksanakan pesan tersebut
sebagaimana dari riwayat Syaried bin Suwaid Ats-Tsaqafi, bahwa ia
menuturkan, “Wahai Rasulullah! Ibuku pernah berpesan kepadaku untuk
memerdekakan seorang budak wanita yang beriman. Aku memiliki seorang
budak wanita berkulit hitam. Apakah aku harus memerdekakannya?” “Panggil
dia.” Sabda Rasulullah. Saat wanita itu datang, beliau bertanya, “Siapa
Rabbmu?” Budak wanita itu menjawab, “Allah.” “Lalu, siapa aku?” Tanya
Rasulullah lagi. Wanita itu menjawab, “Engkau adalah Rasulullah.”
Beliaupun bersabda, “Merdekakan dia. Karena dia adalah wanita mukminah
b. Mendoakan orang tua, membacakan shalawat dan memohonkan ampunan baginya.
Kita
sebagai anak harusnya mendoakan, serta memohon ampunan untuknya, karena
permohonan ampunan seorang anak merupakan perwujudan cinta kasih dan
harapan seorang anak agar orang tuanya dapart berbahagia dan mendapatkan
surganya Allah. sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh bnu Rabi’ah
dan Abu Hurairah :
Saat
kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah tiba-tiba datanglah seorang
lelaki dari kalangan Bani Salamah bertanya, “Wahai Rasulullah! Apakah
masih tersisa bakti kepada kedua orang tuaku setelah mereka meninggal
dunia?” Rasulullah menjawab, “Ya. Bacakanlah sholawat untuk mereka,
mohonkanlah ampunan untuk mereka, tunaikan perjanjian mereka,
peliharalah silaturahim yang biasa dipelihara kala mereka masih hidup,
juga, hormati teman-teman mereka (Ibnu Rabi’ah)
Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya, Allah Azza wa Jalla bisa saja mengangkat derajat seorang hamba yang sholih di Surga kelak. Si
hamba itu akan bertanya, “Ya Rabbi, bagaimana aku bisa mendapatkan
derajat sehebat ini?” Allah berfirman, “Karena permohonan ampun dari
anakmu Salah satu dari tanda cinta kasih kita kepada ibu adalah
munculnya pengharapan agar si ibu selalu hidup berbahagia. Bila ia sudah
meninggal dunia, kita juga senantiasa mendoakannya, membacakan shalawat
untuknya serta memohonkan ampunan untuknya. Semua perbuatan tersebut
bukanlah hal-hal yang remeh.(Abu Hurairah)
c .Memelihara hubungan baik, dengan teman dan kerabat orang tua.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa
yang tetap ingin menjaga hubungan silaturahim dengan ayahnya yang sudah
wafat, hendaknya ia menjaga hubungan baik dengan teman-teman ayahnya
yang masih hidup
d. Melaksanakan beberapa ibadah untuk kebaikan orang tua.
Selain
dari 3 hal diatas kita selaku seorang anak juga dapat melakukan ibadah
untuk kebaiakan orang tua kita dengan berbuat baik kepada setiap orang
dimana setiap perbuatan baik itu kita niatkan buat orang tua kita yang
telah wafat.
Seperti hal nya saat seseorang bertanya kepada Rasulullah:
Saad bin Ubadah pernah bertanya, “Ibuku sudah meninggal dunia. Sedekah apa yang terbaik, yang bisa kulakukan untuknya?” Rasulullah r menjawab, “Air. Gali saja sumur. Lalu katakan: ‘pahala penggunaan sumur ini, untuk ibu Saad.
Atas
dasar diataslah alasan mengapa kita selaku anak diwajibkan agar
memperlakukan orang tua dengan penuh kasih sayang dan hormat karena
perintah tersebut merupakan perbuatan yang teramat mulia dan hubungan
perasaan kasih sayang dan hormat kepada orang tua memberikan makna yang
sangat dalam kepada manusia didunia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan :
Dari berbagai macam bentuk cinta kasih, cinta
kasih kepada orang tua merupakan cinta yang mempunyai urutan ke 3
(tiga) setalah cinta kepada Allah SWT dan Rasulullah yang cinta tersbut
sanagat berpengaruh terhadap ridhonya Allah SWT. Dan kita sebagai
seorang anak walaupun kita mempunyai hak atas orang tua kita akan tetapi
keawajiban kita untuk berbakti kepada orang tua lebih besar
perbandingannya daripada hak kita, karena kasih sayang orang tua yang
diberikannya sejak dalam kandungan hingga dewasa bahkan sampai wafat pun
kasih sayang mereka tidak pudar kepada kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar