Jumat, 24 September 2010

Berbie Berjilbab

Kulitnya putih bersih, cantik seperti boneka barbie dan    senyumnya selalu  seadanya. Itulah Amina, seorang gadis Chechnya yang sering mengunjungiku saat aku tinggal di Moskow, Rusia. Amina berambut pirang dan sangat suka mendesain pakaian. Memang cita-citanya adalah menjadi desainer terkenal. Padaku dia mengungkapkan betapa cintanya dia pada bidang itu, bahkan semua baju-bajunya di disainnya sendiri sedangkan yang menjahitkannya i ibunya.

Usianya masih belia saat itu, 15 tahun, namun jangan dibayangkan tampilannya seperti gadis remaja Asia. Amina memiliki postur yang tinggi semampai, bahkan aku pun tak menyangka jika usianya saat itu masih 15 tahun. Karena pembawaannya yang begitu dewasa dan matang. Bisa terlihat seperti gadis remaja hanya saat di kuledeki bahwa dia sudah siap dinikahkan, saat itu sikapnya akan berubah manja dan cemberut.

Aku kenal Amina karena kakaknya adalah sahabat suamiku. Walaupun pada akhirnya keluarga mereka sudah bagaikan keluargaku sendiri selama tinggal di negeri dingin itu. Amina adalah anak ke-3 dari 5 bersaudara. Kakaknya bernama Muhammad dan Madina sedangkan 2 adiknya adalah Tamara dan Ibrahim.
Amina berasal dari Kota Ingusethia yang berada di selatan Chechnya. Karena kecintaannya pada bidang fashion, Amina juga pernah menjadi model pakaian hasil rancangan salah satu tantenya, yang memang seorang perancang di Moskow. Tapi dia tak pernah mau menunjukkan foto peragaannya kepadaku, malu katanya. Pada akhirnya, aku melihatnya di salah satu situs fashion rusia dan fotonya terpampang jelas dengan gayanya yang percaya diri. Saat kuceritakan, mukanya berubah merah jambu dan menyuruh aku tak menceritakannya pada orang lain. Aku tersenyum. Moment itulah yang selalu kujadikan bahan bercandaan jika berjumpa dengannya namun dia tak pernah marah.

Tak terasa, sudah 5 tahun kami menetap di negeri Stalin itu. Lalu kami memutuskan hijrah karena suami ingin meneruskan sekolahnya di negeri lain. Amina ternyata ikut sedih.Amina datang ke rumah dan banyak membantu mengepak barang yang akan kami bawa. Keluarganya juga mengundang kami makan malam beberapa hari sebelum berangkat. Sebagai tanda penghormatan, kami datang sekeluarga. Saat kami datang, aku tersentak dan haru. Amina muncul membukakan pintu dengan mengenakan jilbab hijau toska yang beberapa hari sebelumnya kuhadiahkan untuknya sebagai kenang-kenangan. Dia berlari menghambur ke pelukanku dan berkata apakah dia pantas menjadi muslimah yang baik. Ku usap kepalanya dan kukatakan tiada yang lebih pantas daripada seorang wanita muda yang suka fashion memilih untuk berjilbab. Subhanallah, kulihat aura wajahnya begitu memukau dan semakin cantik. Aku menangis bahagia, apalagi setelah dia mengatakan takkan melepaskan jilbabnya.

Ya, Allah… hadiah hijrah itu begitu besar buatku. Aku bermaksud menjilbabkan seorang gadis muda yang fashionable. Aku hanya berusaha menyayanginya seperti adikku sendiri. Ternyata Allah menyelipkan sebuah keberkahan dari jalinan silaturahim itu dan aku hanya bisa mengucap alhamdulillah. Allah selalu memberikan lebih dari setiap kebaikan yang kita niatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Comment

Recent Comment